Perkembangan Teknologi Komunikasi
"Industri Radio"
Sebelum tahun 1950-an, ketika televisi menyedot banyak
perhatian khalayak radio siaran, banyak orang memperkirakan bahwa radio siaran
berada diambang kematian. Radio adalah media masa eleketronik tertua dan sangat
luwes. Selama hampr satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil
mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi
kabel, electronic games dan personal casset players (walkman). Radio
telah beradaptasi dengan perubahan dunia yang semakin berkembang. Tentunya akan
menguntungkan dan melengkepai dengan media lainnya.
Persaingan bisnis industri radio saat ini lebih
menjanjikan. Karena tidak semua masyarakat terpencil selalu memiliki televisi, VCD Players, DVD Players, dan alat teknologi canggih lainnya. Keunggulan radio
siaran adalah berada dimana saja, apakah itu di tempat tidur, di dapur, di
dalam mobil, di kantor, di jalanan, di pantai, dan berbagai tempat lainnya.
Radio memiliki kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.
Agar dapat memahami
organisasi industri radio siaran, kita perlu memahami keterlibatan stasiun
lokal dan jaringan. Di Amerika sedikitnya terdapat 10 ribu stasiun radio
siaran. Stasiun tersebut beroperasi di kota-kota besar, kota-kota kecil, dan
desa-desa yang melintasi negara. Pebisnis industri radio menganggap bahwa radio
siaran lebih mudah dan murah dalam memberikan informasi dan meyiarkan iklan
komersil.
Karena jika dibandngkan dengan industri perfilman atau
televisi, jauh lebih mahal dan perlu waktu banyak untuk shooting, editing, dan
sebagainya. Sedagkan radio saran hanya mengandalkan suara vokal yang tajam dan
intonasi nada siaran yang menarik, agar pendengar radio dapat menikmatinya dan
terpengaruh terhadap apa yang disiarkannya.
Jaringan radio siaran dirancang oleh dua atau lebih
stasiun radio siaran yang membuat program secara simultan. Anggota stasiun
radio siaran disebut himpunan (affiliates)
yang dapat menata hubungan secara teknik dan bergabung atau berafiliasi dalam
meramu program mereka. Jaringan adalah sumber program terpenting, setelah
kemunculan radio siaran.
Perkembangan
radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan
Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru. Radio yang pertama di Indonesia,
pada waktu itu bernama Hindia Belanda, ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia yang resminya didirikan
pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan
berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan
radio siara lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya. Yang
terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch
Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Medan, dan Bandung.
Pada
zaman orde baru ada sebuah keharusan radio-radio swasta mengesampingkan warta
berita dari RRI, di era reformasi hal ini tidak terjadi lagi. Seperti halnya
media cetak, pada era reformasi bermunculan radio-radio siaran swasta. Menurut
catatan PRSSNI (Persatuan Radio
Siaran Swasta Nasional Indonesia),
hingga tahun 2005, terdapat sekitar 900 raio siaran swasta yang menjadi
anggota. Namun banyak pula radio siaran swasta yang tidak terdaftar di PRSSNI
karena sejak reformasi, radio siaran tidak diwajibkan lagi menjadi anggota
PRSSNI.
Radio-radio
tersebut mempunyai kewenangan untuk menyiarkan warta berita secara mandiri
dengan nama program yang berbeda-beda. Regulasi terhadap media tersebut tidak
tertumpu pada pemerintah saja. Melainkan kepada masyarakat melalui dibentuknya
Komite Penyiaran Indonesia (KPI). Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat
melakukan fungsi kontrol sosial seperti suratkabar, di samping empat fungsi
lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi.
No comments:
Post a Comment