Sunday, 2 December 2012

Industri Radio



Perkembangan Teknologi Komunikasi
"Industri Radio"

Sebelum tahun 1950-an, ketika televisi menyedot banyak perhatian khalayak radio siaran, banyak orang memperkirakan bahwa radio siaran berada diambang kematian. Radio adalah media masa eleketronik tertua dan sangat luwes. Selama hampr satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal casset players (walkman). Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia yang semakin berkembang. Tentunya akan menguntungkan dan melengkepai dengan media lainnya.
Persaingan bisnis industri radio saat ini lebih menjanjikan. Karena tidak semua masyarakat terpencil selalu memiliki televisi, VCD Players, DVD Players, dan alat teknologi canggih lainnya. Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja, apakah itu di tempat tidur, di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalanan, di pantai, dan berbagai tempat lainnya.

Radio memiliki kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.
            Agar dapat memahami organisasi industri radio siaran, kita perlu memahami keterlibatan stasiun lokal dan jaringan. Di Amerika sedikitnya terdapat 10 ribu stasiun radio siaran. Stasiun tersebut beroperasi di kota-kota besar, kota-kota kecil, dan desa-desa yang melintasi negara. Pebisnis industri radio menganggap bahwa radio siaran lebih mudah dan murah dalam memberikan informasi dan meyiarkan iklan komersil.
Karena jika dibandngkan dengan industri perfilman atau televisi, jauh lebih mahal dan perlu waktu banyak untuk shooting, editing, dan sebagainya. Sedagkan radio saran hanya mengandalkan suara vokal yang tajam dan intonasi nada siaran yang menarik, agar pendengar radio dapat menikmatinya dan terpengaruh terhadap apa yang disiarkannya.
            Jaringan radio siaran dirancang oleh dua atau lebih stasiun radio siaran yang membuat program secara simultan. Anggota stasiun radio siaran disebut himpunan (affiliates) yang dapat menata hubungan secara teknik dan bergabung atau berafiliasi dalam meramu program mereka. Jaringan adalah sumber program terpenting, setelah kemunculan radio siaran.
            Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru. Radio yang pertama di Indonesia, pada waktu itu bernama Hindia Belanda, ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan radio siara lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya. Yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Medan, dan Bandung.
            Pada zaman orde baru ada sebuah keharusan radio-radio swasta mengesampingkan warta berita dari RRI, di era reformasi hal ini tidak terjadi lagi. Seperti halnya media cetak, pada era reformasi bermunculan radio-radio siaran swasta. Menurut catatan PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia), hingga tahun 2005, terdapat sekitar 900 raio siaran swasta yang menjadi anggota. Namun banyak pula radio siaran swasta yang tidak terdaftar di PRSSNI karena sejak reformasi, radio siaran tidak diwajibkan lagi menjadi anggota PRSSNI.
            Radio-radio tersebut mempunyai kewenangan untuk menyiarkan warta berita secara mandiri dengan nama program yang berbeda-beda. Regulasi terhadap media tersebut tidak tertumpu pada pemerintah saja. Melainkan kepada masyarakat melalui dibentuknya Komite Penyiaran Indonesia (KPI). Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti suratkabar, di samping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi.

No comments:

Post a Comment