Sunday 9 June 2013

Strategi Komunikasi Partisipatif dalam Proses Pembangunan dan Perubahan Sosial

Foto: (thinkstockphoto)


Komunikasi adalah suatu bidang yang luas dan masih samar-samar. Bidang ini terdiri dari berbagai disiplin, kebanyakan saling tumpang-tindih, mempunyai nama yang berbeda dan merujuk ke kegiatan yang berbeda, tergantung dari perspektif pembicara. Misalnya, urusan komunikasi, pemasaran, dan korporasi adalah istilah yang mencakup berbagai cara untuk menyampaikan sebuah pesan, sementara isu, merek, dan manajemen pemangku kepentingan adalah istilah-istilah yang lebih baru untuk menunjukkan pendekatan-pendekatan yang ditemui dalam berbagai kegiatan komunikasi.[1]
Pembangunan, menurut Rogers (1986) adalah suatu perubahan sosial yang bersifat partisipatori secara luas untuk meningkatkan keadaan sosial dan materi (termasuk keadilan, kebebasan, dan kualitas mayoritas masyarakat yang tinggi) melalui perolehan pada kontrolyang lebih besar terhadap lingkungannya.
Dalam tataran ini, Rogers telah memberikan sebuah pendekatan baru pada masanya dalam pembangunan dengan memasukkan partisipasi yang luas. Ini mengisyaratkan bahwa keterlibatan masyarakat bukan sekedar menikmati hasil pembangunan tapi ikut secara aktif dalam proses-proses pembangunan. Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang dalam situasi baik secara mental, pikiran, emosi maupun tindakan yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan dalam upaya mencapai tujuan yang ditentukan dan ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Adams, 1995).
Lebih lanjut Melkote dan Steeves (2006) menyatakan;
community participation means facilitating the aktif involvement of different community groups, together with the other stakeholders involved, and the many development and research agents working with the community and decision makers.
Sehingga partisipasi yang dimaksudkan tidak hanya pada individu, tapi juga komunitas dan kelompokkelompok komunitas yang ada di dalam masyarakat. Dalam perspektif ini, pembangunan masyarakat adalah suatu gagasan perubahan dari bawah (bottom up). Gagasan ini menghargai pengetahuan, keterampilan, kebudayaan, sumber daya, dan proses-proses lokal sebagai sesuatu yang penting. Pendekatan bottom up dan partisipasi merupakan prinsip fundamental dalam pembangunan masyarakat. Formulasi keduanya menempatkan komunikasi pada posisi sentral untuk menggerakkan proses-proses yang berlangsung.
Diaz Bordinave mencatat bahwa dalam pendekatan ini, partisipasi seringkali diharapkan
secara langsung oleh sumber dan agen perubahan. Dalam pendekatan Bottom up orang-orang dibujuk untuk mengambil bagian di dalam aktivitas mandiri, tetapi penyelesaian permasalahan lokal mendasar dipilih oleh agen pembangunan eksternal. Partisipasi orang-orang diarahkan. Padahal sasaran partisipasi tidak hanya bersifat pragmatis tapi juga lebih kepada kemandirian masyarakat. (Melkote and Steeves, 2006)
Komunikasi bagi pembangunan adalah sebuah desain dan penggunaan yang sistematis dari aktivitas partisipatif, pendekatan komunikasi, metode dan media untuk berbagi informasi dan pengetahuan diantara para-pihak (stakeholders) dalam sebuah proses pembangunan untuk memastikan salingpengertian dan konsensus yang menuju kepada tindakan. (Anyaegbunam, et al., 2004).

A. Model Desain Strategi Komunikasi Pembangunan
Dalam perkembangannya, perencanaan desain strategi komunikasi pembangunan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Mulai dari yang bersifat top down, bottom up, hingga penguatan saluran komunikasi dialogis. Menarik untuk mengkaji bagaimana perkembangan perencanaan desain strategi pembangunan dan perubahan-perubahan yang dihasilkan dengan pendekatan yang berbeda.

B. Perubahan Sosial
Menurut Nursid Sumaatmadja Perubahan segala aspek kehidupan, tidak hanya dialami, dihayati, dan dirasakan oleh anggota masyarakat, melainkan telah diakui serta didukungnya. Jika proses tersebut telah terjadi demikian, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mengalami perubahan sosial”.
Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk perubahan sosial dapat terjadi
dengan beberapa cara, seperti :
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.
a. Perubahan secara lambat disebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu. Perubahan terjadi karena usaha-usaha masyarak at untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul dengan pertumbuhan masyarakat.
b. Perubahan secara cepat disebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi
direncanakan lebih dahulu maupun tanpa celana.

2. Perubahan yang pengaruhnya kecil, dan perubahan yang pengaruhnya besar.
a. perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsure struktur sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.
b. perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada masyarakat agraris.
3. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak diinginkan.
a. perubahan yang dikehendaki adalah bila seseorang mendapat kepercayaan sebagai 
pemimpin.
b. perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa
dikehendaki serta berlangsung dari jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat yang tidak dingini.

C. Kesimpulan
Strategi pembangunan untuk menciptakan perubahan sosial di tengah-tengah kehidupan masyarakat, memerlukan sistem organisasi khusus yang menyiasati suatu rencana yang bertujuan untuk mewujudkan perubahan secara signifikan, diantaranya dari segi aspek kesehatan, mencari mata pencaharian, gaya hidup, ekonomi, dan politik.
Suprastruktur berfungsi mem-back up setiap aspirasi infrastruktur, bilamana golongan tertentu tidak melegitimasi program yang tidak disepakati secara bersama. Dengan kata lain terjadinya kegagalan untuk menciptakan difusi inovasi yang seharusnya memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat.
Peran komunikasi dan partisipasi dalam pembangunan, diantaranya adalah; (a) Pemberdayaan masyarakat, (b) Pemahaman bersama dan kesepakatan untuk berbuat, (c) Melatih kelompok interes di masyarakat, (d) Menciptakan kebijakan yang mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat. 
Hasilnya, masyarakat akan merasakan, menghayati, dan menikmati setiap proses yang mengajak masyarakat untuk mengalami setiap prosesnya, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat sudah mengalami perubahan sosial.


Daftar Pustaka 

Adams, W.M.1995. Green Development Theory. Dalam J. Crush (ed.) Power of Development.

London UK: Rouledge

Anyaegbunam, C., Mefalopulos, P., and Moetsabi, T. 2004. Participatory Rural Communication
Appraisal: Starting with the people. Handbook 2nd Edition. SADC Centre of Communication for Development & Communication for Development Group Extension, Education and Communication Service Sustainable Development Department FAO, Rome

Ife, J., dan Tesoriero, F. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat
di Era Globalisasi. Edisi ke-3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. 1988. A Field Guide to Designing a health
Communication Strategy: A resousce for health communication professional. Population Comunication Services. Center for Communication Programs. Bloomberg

Melkote, S.R., and Steeves, H.L. 2006. Communication for Development in The Third World:
Theory and Practice for Empowerment. 2nd Edition. London and New Delhi: Sage Publication and Thousand Oaks

Rogers , E.M. (ed.) 1986. Communication and Development. Beverley Hills, California:
Sage Publication

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi , Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
Jakarta, 1993.
Anonim, Undang-undang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Sinar
Grafika, Jakarta, 2004.

MODEL-MODEL DESAIN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

 



[1] http://www.mediatrust.org/training-events/training-resources/online-guide